26 September 2016
Jaga Gairah Guru kalau Mau Pendidikan Maju!
KOMPAS.com- “Guru tidak hanya bertanggung jawab atas penyampaian materi tetapi juga berperan sebagai panutan,” kata CEO & Founder Elite Tutors Indonesia, Sumarsono, Kamis (16/9/2016). Sayangnya, keluhan soal kesejahteraan para guru masih terus saja bergaung.
Masalah ini menjadi agenda Konferensi Kerja Nasional III Persatuan Guru Republik Indonesia pada Januari 2016. Beberapa keluhan yang mencuat antara lain pengucuran tunjangan belum tepat waktu, banyaknya persyaratan penerimaan tunjangan, proses kenaikan pangkat masih rumit, jabatan fungsional dan kecilnya pendapatan guru honorer, dan sejumlah tunjangan khusus belum merata.
Padahal, tanggung jawab guru tidak kecil. Rasio guru dan murid juga sering tak seimbang. Ada tuntutan moral dan etika yang juga erat melekat pada guru. Untuk itu, seorang guru harus terus-menerus mengasah kualitas dan membangun kepribadian.
“Jadilah guru yang kehadirannya selalu dinanti peserta didik karena metode pengajarannya menarik,” ujar Sumarsono. Agar pengajaran efektif, lanjutnya, guru sebaiknya memastikan pula terlebih dahulu muridnya memang sudah siap menerima materi pelajaran.
Gairah
Sumarsono tidak sependapat bila guru harus menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Namun guru harus dipastikan hidup sejahtera sehingga membuatnya terus termotivasi mengembangkan diri.
“Semakin berkembang guru, ia akan semakin maksimal mengajar, sehingga anak didik ikut berkembang,” ungkap Sumarsono. Menurutnya, saat ini pendidikan masih terlalu terpaku pada pengabdian seolah-olah mulianya profesi guru membuatnya tidak perlu sejahtera.
“(Namun), saya menekankan, pendidik jangan (lalu) menuntut dibayar mahal, tapi (pendidik yang harus) memantaskan diri,” tegas Sumarsono.
Guru juga harus terus menambah kompetensi agar pantas dibayar mahal termasuk mempelajari kasus-kasus yang berkembang di dunia pendidikan dan cara menghadapi anak-anak tertentu.
“Nah, bagaimana pendidik (sekarang) mau berkembang kalau sambil mikir besok mau makan apa? Pendidikan macam apa yang mau dibangun oleh pendidik yang tidak sejahtera?” tanya Sumarsono.
Karena itulah, Sumarsono selalu memastikan para tutor di lembaganya mendapatkan bayaran pantas dan hidup sejahtera. Dia juga memastikan kualitas para pengajar di lembaganya.
“Guru harus memiliki dua kualitas utama: latar belakang akademik dan kepribadian menarik,” tegas dia. Menurutnya, peserta didik akan sulit menerima ilmu dari guru yang tidak konsisten dan perilaku kesehariannya bertolak belakang dengan ajarannya. Sistem evaluasi pun Sumarsono bangun. Hasil dari proses ini dilaporkan pula ke orangtua murid, berbarengan dengan data perkembangan program.
“Jadinya, guru pun semangat mengajar dan belajar,” ungkapnya.
Gairah juga penting dalam proses pendidikan. Guru yang punya gairah tinggi mendidik akan otomatis punya empati kepada anak didiknya. Dengan sendirinya, sebut Sumarsono, guru akan berpikir kesuksesan peserta didik adalah kesuksesannya. Sebaliknya para murid juga demikian.
Lagi-lagi, gairah ini tak bisa dipisahkan dengan kesejahteraan. Sumarsono menganalogikan, gairah tanpa kesejahteraan ibarat mengendarai mobil tanpa pengisian kembali bensin. “Tinggal tunggu mogok (kalau begitu),” tegasnya.